The Beauty Inside mengikuti kehidupan luar biasa Woo-jin, seorang pria yang bangun setiap hari dalam tubuh yang berbeda. Terlepas dari usia, jenis kelamin, atau kebangsaan, ia mendiami bentuk baru setiap pagi, meninggalkannya untuk menjelajahi dunia dengan penampilan yang selalu berubah. Di tengah tantangan ini, Woo-jin berusaha untuk hidup normal, mempertahankan pekerjaan rutinnya sebagai desainer furnitur sambil menyembunyikan kondisinya dari dunia.
Meskipun fisiknya hanya sementara, hati Woo-jin tetap konstan, merindukan koneksi dan cinta. Jalannya bertemu dengan Yi-soo, seorang desainer furnitur berbakat, dan percikan api muncul di antara mereka. Namun, kondisi Woo-jin menghadirkan hambatan yang signifikan terhadap percintaan mereka, karena Yi-soo berjuang untuk memahami kompleksitas situasinya.
Saat hubungan mereka semakin dalam, Yi-soo belajar menerima Woo-jin apa adanya. Bersama-sama, mereka memulai perjalanan penemuan jati diri dan pertumbuhan emosi, menantang norma-norma sosial, dan mendefinisikan ulang makna kecantikan sejati. Cinta mereka melampaui alam fisik, berakar pada saling pengertian, kasih sayang, dan penerimaan.
Sepanjang film, Woo-jin bergulat dengan identitasnya dan bergulat dengan rasa takut tidak akan pernah benar-benar dikenal atau dicintai apa adanya. Namun, melalui dukungan dan cinta Yi-soo yang tak tergoyahkan, dia menemukan hiburan dan kekuatan untuk menerima keunikannya.
Film korea The Beauty Inside mengeksplorasi tema identitas, penerimaan, dan kekuatan transformatif cinta. Ini menekankan pentingnya melihat melampaui penampilan dan menghargai kualitas batin dan hubungan yang tulus. Narasi film yang menyentuh dan penampilan yang menyentuh hati dari Han Hyo-joo dan Park Seo-joon memikat penonton, meninggalkan kesan mendalam tentang sifat keindahan dan ketahanan jiwa manusia.